Prasangka Dan Diskriminasi

/
0 Comments
  Pengertian Prasangka dan Diskriminasi Prasangka (prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Bahasa arab menyebutnya “sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbang-timbang lagi bahwa sesuatu itu buruk. Disisi lain bahasa arab “khusnudzon” yaitu anggapan baik terhadap sesuatu.
Prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu, bisa saja bahwa sikap bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing.
Prasangka ini sebagian besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak berdasarkan pengalaman sendiri), karena merupakan hasil peniruan atau pengoperan langsung pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang telampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan) terhadap sesuatu realita. Dalam kehidupan sehari-hari prasangka ini banyak dimuati emosi-emosi atau unsur efektif yang kuat.
Tidak sedikit orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang-orang yang lebih sukar berprasangka. Tampaknya kepribadian dan inteligensi, juga faktor lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya prasangka. Orang yang berinteligensi tinggi, lebih sukar berprasangka, karena orang-orang macam ini bersikap dan bersifat kritis. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjukkan pada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tak dapat dipisahkan. Seseorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa latar belakang prasangka. Demikian juga sebaliknya seseorang yang berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif.
B.      Sebab-Sebab Timbulnya Prasangka dan Diskriminasi
  1. Berlatar belakang sejarah. Orang-orang kulit putih di Amerika Serikat berprasangka negatif terhadap orang-orang Negro, berlatar belakang pada sejarah masa lampau, bahwa orang-orang kulit putih sebagai tuan dan orang-orang Negro berstatus sebagai budak.
  2. Dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional. Harta kekayaan orang-orang kaya baru, diprasangkai bahwa harta-harta itu didapat dari usaha-usaha yang tidak halal. Antara lain dari usaha korupsi dan penyalahgunaan wewenang sebagai pejabat dan lain sebagainya.
  3. Bersumber dari faktor kepribadian.
  4. Berlatar belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama.
 C.      Usaha-Usaha Mengurangi atau Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi
1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi.
2. Perluasan kesempatan belajar.
3. Sikap terbuka dan sikap lapang.
 D.     Pengertian Etnosentrisme
Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalah pahaman dalam berkomunikasi.Etnosentrisme dapat dianggap sebagai sikap dasar ideologi Chauvinisme pernah dianut oleh orang-orang Jerman pada zaman Nazi Hitler. Mereka merasa dirinya superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain, dan memandang bangsa-bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dsb.

III.       PERTENTANGAN SOSIAL ATAU KETEGANGAN DALAM MASYARAKAT
Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu :
  1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagian yang terlibat di dalam konflik.
  2. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan.
  3. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan yang luas yaitu masyarakat, yaitu :
  1. Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistik didalam diri seseorang.
  2. Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.
  3. Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok yang bersangkutan berbeda. Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang ada dalam kebudayaan-kebudayaan lain.
Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah :
  1. Elimination yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yang diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri.
  2. Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
  3. Mjority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi.
  4. Minority Consent artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama
  5. Compromise artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
  6. Integration artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.
Prasangka Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium,yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut: Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang lalu. Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang. Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur emosional(suka-tidak suka)dalam keputusan yang telah diambil tersebut. Ø Diskriminasi Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain. Diskriminasi merupakan perilaku prejudice yang dilakukan secara nyata. Ø Integrasi masyarakat Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara keseluruhan. 1. Prasangka dan sikap Prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap sosial. Menurut Morgan (1966), sikap adalah kecenderungan untuk berespon, baik secara positif maupun negatif terhadap orang, objek, atau situasi. Tentu saja kecenderungan untuk berespon ini meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak sama dengan tingkah laku. Sikap seseorang baru diketahui bila ia sudah bertingkah laku, selain motivasi dan norma masyarakat. Oleh karena itu kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Karena dalam sikap ada “suatu kecenderungan berespon”, maka seseorang mempunyai sikap yang umumnya mengetahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukan bila bertemu dengan objeknya.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan ,bahwa sikap mempunyai komponen-komponen, yakni : a. Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya,terlepas pengetahuan itu benar atau salah. b. Afektif : artinya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosional (setuju-tidak setuju) mengenai objek sikapnya. c. Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif (tindakan sosialisasi) sampai pada yang sangat aktif (tindakan agresif). 2. Kategorisasi dan stereotipe Proses pengambilan keputusan dengan jalan pengelompokan benda ke dalam kelompok tertentu ini disebut “kategorisasi”, dan proses pengkhususan kategori sampai pengambilan keputusan disebut bracketing process atau proses penyempitan. Meletakkan suatu benda, manusia atau peristiwa ke dalam kategori tertentu berfngsi agar individu mempunyai pegangan dalam bertingkah laku dan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Kategori pada dasarnya merupakan suetu proses kognitif yang netral, artinya menetapkan benda ke dalam kategori tertentu, individu tidak ikut menilai. Konsep yang tetap mengenai suatu kategori tertentu yang disebut stereotipe. Maka dapat diartikan bahwa stereotipe merupakan tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif. Dalam melakukan penilaian mengenai sesuatu, individu cenderug menyederhanakan kategori ke dalam dua kutub,seperti kaya-miskin,rajin-malas, pandai-bodoh. Dengan demikian stereotipe bukan saja suatu kategori yang tetap, tetapi juga mengandung penyederhanaan dan pemukulrataan secara berlebih-lebihan sehingga merupakan dasar dari prasangka atau diperkokoh oleh stereotipe. 3. Prasangka dan diskriminasi Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula orang bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka,dan sebaliknya. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Dalam konteks rasial,prasangka diartikan “suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi”. Dalam hal ini terkandung ketidakadilan dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa pengalaman. Dalam menghadapi objek prasangka akan bersikap tidak toleran,menyorotnya tidak dari keunikan objek prasangka, tetapi dari kelompok etnis mana individu tergolong. 4. Prasangka Dan Integrasi Masyarakat Integrasi masyrakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan integrasi pada masyarakat majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka. Dalam memahami integrasi masyarakat juga ada integrasi nasional yang sama- sama menyangkut masalah struktur. Menurut Ernest Renan, untuk terciptanya integrasi nasional perlu adanya satu jiwa, satu azas spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dibuat masa depan. Berikut merupakan 4 sistem yang dapat mengurangi konflik akibat prasangka, yaitu: 1. System budaya seperti nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945 2. Sistem sosial seperti kolektif- kolektif sosial dalam segala bidang 3. System kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan( persepsi ), perasaan, pola- pola penilaian yang dianggap pola-pola keIndonesiaan. 4. System organic jasmaniah dimana nasional tidak berdasarkan atas persamaan ras. 5. Sebab-sebab terjadinya prasangka Menurut Gordon Allport(1958) ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka : a. Pendekatan Historis Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas yaitu menyalahkan kelas rendah.Sementara mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah. b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya prasangka,yang dapat di bagi menjadi: 1. Mobilitas sosial 2. Konflik antar kelompok 3. Stigma perkantoran 4. Sosialisasi c. Pendekatan kepribadian Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka,disebut dengan teori”frustasi agresi”( J. Dollard dan N. Miller). Menurut teori ini kadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif,dimana frustasi muncul dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh atasan(status yang lebih tinggi) d. Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini ditekankan pada bagaimana individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. e. Pendekatan Naive Pendekatan ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka, dan tidak menyoroti individu yang berprasangka. MENGATASI ATAU MENGURANGI PRASANGKA Untuk mengurangi atau mengatasi prasangka dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial ekonomi, melalui pendidikan anak, melakukan interaksi yang lebih intensif antara masing-masing kelompok dan harus memenuhi setidaknya empat syarat berikut: 1. Adanya dukungan sosial dan institusional Dukungan diberikan oleh pihak otoritas yang berwenang ,dalam hal ini bisa pemerintah ,sekolah,orang tua,dan lain-lain.Otoritas biasanya berada dalam posisibisa memberi sanksi. 2. Ada potensi saling mengenal Hubungan antar etnik yang memungkinkan saling mengenal secara pribadi antar anggota kelompok yang berlainan bisa mengurangi prasangka .Hubungan itu mesti dalam wktu yang cukup dengan frekuensi yang tinggidan adanya kedekatan yang memungkinkan peluang membangun hubungan erat dan bermakna antar anggota kelompok yang berkaitan. 3. Adanya status yang setara antara pihak-pihak yang berinterksi Jika satu kelompok lebih dominandibanding kelompok lain,maka interaksi antar kelompokbelum tentu dapat mengurangi prasangka. 4. Adanya kerjasama Kesimpulan Prasangka merupakan dugaan-dugaan yang memiliki nilai negatif yang diwarnai oleh perasaan sesaat,artinya kondisi emosional sesaat juga ikut berperan menimbulkan prasangka sosial.Sedangkan diskriminasi adalah sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain.Diskriminasi timbul karena adanya prasangka negatif terhadap kelompok tertentu. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat diinginkan oleh masyrakat Indonesia khususnya.Karena memang sulit mewujudkannya di sebuah negara yang heterogen ini.Tapi integrasi masyarat dapat diwujudkan ketika masyarakat mampu mengendalikan prasangka dan meninggalkan diskriminasi.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Prasangka Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium,yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut: Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang lalu. Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang. Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur emosional(suka-tidak suka)dalam keputusan yang telah diambil tersebut. Ø Diskriminasi Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain. Diskriminasi merupakan perilaku prejudice yang dilakukan secara nyata. Ø Integrasi masyarakat Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara keseluruhan. 1. Prasangka dan sikap Prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap sosial. Menurut Morgan (1966), sikap adalah kecenderungan untuk berespon, baik secara positif maupun negatif terhadap orang, objek, atau situasi. Tentu saja kecenderungan untuk berespon ini meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak sama dengan tingkah laku. Sikap seseorang baru diketahui bila ia sudah bertingkah laku, selain motivasi dan norma masyarakat. Oleh karena itu kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Karena dalam sikap ada “suatu kecenderungan berespon”, maka seseorang mempunyai sikap yang umumnya mengetahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukan bila bertemu dengan objeknya.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan ,bahwa sikap mempunyai komponen-komponen, yakni : a. Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya,terlepas pengetahuan itu benar atau salah. b. Afektif : artinya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosional (setuju-tidak setuju) mengenai objek sikapnya. c. Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif (tindakan sosialisasi) sampai pada yang sangat aktif (tindakan agresif). 2. Kategorisasi dan stereotipe Proses pengambilan keputusan dengan jalan pengelompokan benda ke dalam kelompok tertentu ini disebut “kategorisasi”, dan proses pengkhususan kategori sampai pengambilan keputusan disebut bracketing process atau proses penyempitan. Meletakkan suatu benda, manusia atau peristiwa ke dalam kategori tertentu berfngsi agar individu mempunyai pegangan dalam bertingkah laku dan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Kategori pada dasarnya merupakan suetu proses kognitif yang netral, artinya menetapkan benda ke dalam kategori tertentu, individu tidak ikut menilai. Konsep yang tetap mengenai suatu kategori tertentu yang disebut stereotipe. Maka dapat diartikan bahwa stereotipe merupakan tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif. Dalam melakukan penilaian mengenai sesuatu, individu cenderug menyederhanakan kategori ke dalam dua kutub,seperti kaya-miskin,rajin-malas, pandai-bodoh. Dengan demikian stereotipe bukan saja suatu kategori yang tetap, tetapi juga mengandung penyederhanaan dan pemukulrataan secara berlebih-lebihan sehingga merupakan dasar dari prasangka atau diperkokoh oleh stereotipe. 3. Prasangka dan diskriminasi Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula orang bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka,dan sebaliknya. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Dalam konteks rasial,prasangka diartikan “suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi”. Dalam hal ini terkandung ketidakadilan dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa pengalaman. Dalam menghadapi objek prasangka akan bersikap tidak toleran,menyorotnya tidak dari keunikan objek prasangka, tetapi dari kelompok etnis mana individu tergolong. 4. Prasangka Dan Integrasi Masyarakat Integrasi masyrakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan integrasi pada masyarakat majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka. Dalam memahami integrasi masyarakat juga ada integrasi nasional yang sama- sama menyangkut masalah struktur. Menurut Ernest Renan, untuk terciptanya integrasi nasional perlu adanya satu jiwa, satu azas spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dibuat masa depan. Berikut merupakan 4 sistem yang dapat mengurangi konflik akibat prasangka, yaitu: 1. System budaya seperti nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945 2. Sistem sosial seperti kolektif- kolektif sosial dalam segala bidang 3. System kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan( persepsi ), perasaan, pola- pola penilaian yang dianggap pola-pola keIndonesiaan. 4. System organic jasmaniah dimana nasional tidak berdasarkan atas persamaan ras. 5. Sebab-sebab terjadinya prasangka Menurut Gordon Allport(1958) ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka : a. Pendekatan Historis Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas yaitu menyalahkan kelas rendah.Sementara mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah. b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya prasangka,yang dapat di bagi menjadi: 1. Mobilitas sosial 2. Konflik antar kelompok 3. Stigma perkantoran 4. Sosialisasi c. Pendekatan kepribadian Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka,disebut dengan teori”frustasi agresi”( J. Dollard dan N. Miller). Menurut teori ini kadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif,dimana frustasi muncul dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh atasan(status yang lebih tinggi) d. Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini ditekankan pada bagaimana individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. e. Pendekatan Naive Pendekatan ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka, dan tidak menyoroti individu yang berprasangka. MENGATASI ATAU MENGURANGI PRASANGKA Untuk mengurangi atau mengatasi prasangka dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial ekonomi, melalui pendidikan anak, melakukan interaksi yang lebih intensif antara masing-masing kelompok dan harus memenuhi setidaknya empat syarat berikut: 1. Adanya dukungan sosial dan institusional Dukungan diberikan oleh pihak otoritas yang berwenang ,dalam hal ini bisa pemerintah ,sekolah,orang tua,dan lain-lain.Otoritas biasanya berada dalam posisibisa memberi sanksi. 2. Ada potensi saling mengenal Hubungan antar etnik yang memungkinkan saling mengenal secara pribadi antar anggota kelompok yang berlainan bisa mengurangi prasangka .Hubungan itu mesti dalam wktu yang cukup dengan frekuensi yang tinggidan adanya kedekatan yang memungkinkan peluang membangun hubungan erat dan bermakna antar anggota kelompok yang berkaitan. 3. Adanya status yang setara antara pihak-pihak yang berinterksi Jika satu kelompok lebih dominandibanding kelompok lain,maka interaksi antar kelompokbelum tentu dapat mengurangi prasangka. 4. Adanya kerjasama Kesimpulan Prasangka merupakan dugaan-dugaan yang memiliki nilai negatif yang diwarnai oleh perasaan sesaat,artinya kondisi emosional sesaat juga ikut berperan menimbulkan prasangka sosial.Sedangkan diskriminasi adalah sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain.Diskriminasi timbul karena adanya prasangka negatif terhadap kelompok tertentu. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat diinginkan oleh masyrakat Indonesia khususnya.Karena memang sulit mewujudkannya di sebuah negara yang heterogen ini.Tapi integrasi masyarat dapat diwujudkan ketika masyarakat mampu mengendalikan prasangka dan meninggalkan diskriminasi.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu


Prasangka Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium,yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut: Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang lalu. Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa atau tidak matang. Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur emosional(suka-tidak suka)dalam keputusan yang telah diambil tersebut. Ø Diskriminasi Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain. Diskriminasi merupakan perilaku prejudice yang dilakukan secara nyata. Ø Integrasi masyarakat Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara keseluruhan. 1. Prasangka dan sikap Prasangka itu suatu sikap, yaitu sikap sosial. Menurut Morgan (1966), sikap adalah kecenderungan untuk berespon, baik secara positif maupun negatif terhadap orang, objek, atau situasi. Tentu saja kecenderungan untuk berespon ini meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak sama dengan tingkah laku. Sikap seseorang baru diketahui bila ia sudah bertingkah laku, selain motivasi dan norma masyarakat. Oleh karena itu kadang-kadang sikap bertentangan dengan tingkah laku. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Karena dalam sikap ada “suatu kecenderungan berespon”, maka seseorang mempunyai sikap yang umumnya mengetahui perilaku atau tindakan apa yang akan dilakukan bila bertemu dengan objeknya.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan ,bahwa sikap mempunyai komponen-komponen, yakni : a. Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya,terlepas pengetahuan itu benar atau salah. b. Afektif : artinya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosional (setuju-tidak setuju) mengenai objek sikapnya. c. Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif (tindakan sosialisasi) sampai pada yang sangat aktif (tindakan agresif). 2. Kategorisasi dan stereotipe Proses pengambilan keputusan dengan jalan pengelompokan benda ke dalam kelompok tertentu ini disebut “kategorisasi”, dan proses pengkhususan kategori sampai pengambilan keputusan disebut bracketing process atau proses penyempitan. Meletakkan suatu benda, manusia atau peristiwa ke dalam kategori tertentu berfngsi agar individu mempunyai pegangan dalam bertingkah laku dan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Kategori pada dasarnya merupakan suetu proses kognitif yang netral, artinya menetapkan benda ke dalam kategori tertentu, individu tidak ikut menilai. Konsep yang tetap mengenai suatu kategori tertentu yang disebut stereotipe. Maka dapat diartikan bahwa stereotipe merupakan tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang/golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif. Dalam melakukan penilaian mengenai sesuatu, individu cenderug menyederhanakan kategori ke dalam dua kutub,seperti kaya-miskin,rajin-malas, pandai-bodoh. Dengan demikian stereotipe bukan saja suatu kategori yang tetap, tetapi juga mengandung penyederhanaan dan pemukulrataan secara berlebih-lebihan sehingga merupakan dasar dari prasangka atau diperkokoh oleh stereotipe. 3. Prasangka dan diskriminasi Seseorang yang mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula orang bertindak diskriminatif tanpa didasari prasangka,dan sebaliknya. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Dalam konteks rasial,prasangka diartikan “suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi”. Dalam hal ini terkandung ketidakadilan dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa pengalaman. Dalam menghadapi objek prasangka akan bersikap tidak toleran,menyorotnya tidak dari keunikan objek prasangka, tetapi dari kelompok etnis mana individu tergolong. 4. Prasangka Dan Integrasi Masyarakat Integrasi masyrakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan integrasi pada masyarakat majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka. Dalam memahami integrasi masyarakat juga ada integrasi nasional yang sama- sama menyangkut masalah struktur. Menurut Ernest Renan, untuk terciptanya integrasi nasional perlu adanya satu jiwa, satu azas spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dibuat masa depan. Berikut merupakan 4 sistem yang dapat mengurangi konflik akibat prasangka, yaitu: 1. System budaya seperti nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945 2. Sistem sosial seperti kolektif- kolektif sosial dalam segala bidang 3. System kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan( persepsi ), perasaan, pola- pola penilaian yang dianggap pola-pola keIndonesiaan. 4. System organic jasmaniah dimana nasional tidak berdasarkan atas persamaan ras. 5. Sebab-sebab terjadinya prasangka Menurut Gordon Allport(1958) ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka : a. Pendekatan Historis Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas yaitu menyalahkan kelas rendah.Sementara mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah. b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya prasangka,yang dapat di bagi menjadi: 1. Mobilitas sosial 2. Konflik antar kelompok 3. Stigma perkantoran 4. Sosialisasi c. Pendekatan kepribadian Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka,disebut dengan teori”frustasi agresi”( J. Dollard dan N. Miller). Menurut teori ini kadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif,dimana frustasi muncul dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh atasan(status yang lebih tinggi) d. Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini ditekankan pada bagaimana individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. e. Pendekatan Naive Pendekatan ini menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka, dan tidak menyoroti individu yang berprasangka. MENGATASI ATAU MENGURANGI PRASANGKA Untuk mengurangi atau mengatasi prasangka dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial ekonomi, melalui pendidikan anak, melakukan interaksi yang lebih intensif antara masing-masing kelompok dan harus memenuhi setidaknya empat syarat berikut: 1. Adanya dukungan sosial dan institusional Dukungan diberikan oleh pihak otoritas yang berwenang ,dalam hal ini bisa pemerintah ,sekolah,orang tua,dan lain-lain.Otoritas biasanya berada dalam posisibisa memberi sanksi. 2. Ada potensi saling mengenal Hubungan antar etnik yang memungkinkan saling mengenal secara pribadi antar anggota kelompok yang berlainan bisa mengurangi prasangka .Hubungan itu mesti dalam wktu yang cukup dengan frekuensi yang tinggidan adanya kedekatan yang memungkinkan peluang membangun hubungan erat dan bermakna antar anggota kelompok yang berkaitan. 3. Adanya status yang setara antara pihak-pihak yang berinterksi Jika satu kelompok lebih dominandibanding kelompok lain,maka interaksi antar kelompokbelum tentu dapat mengurangi prasangka. 4. Adanya kerjasama Kesimpulan Prasangka merupakan dugaan-dugaan yang memiliki nilai negatif yang diwarnai oleh perasaan sesaat,artinya kondisi emosional sesaat juga ikut berperan menimbulkan prasangka sosial.Sedangkan diskriminasi adalah sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan berdasarkan pada gender, ras, agama, umur, atau karakteristik yang lain.Diskriminasi timbul karena adanya prasangka negatif terhadap kelompok tertentu. Prasangka menunjukkan pada sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. Integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat diinginkan oleh masyrakat Indonesia khususnya.Karena memang sulit mewujudkannya di sebuah negara yang heterogen ini.Tapi integrasi masyarat dapat diwujudkan ketika masyarakat mampu mengendalikan prasangka dan meninggalkan diskriminasi.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu



You may also like

Tidak ada komentar:

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.